Penurunan Nilai yang maksud di sini adalah penurunan harga pokok persediaan. Harga pokok persediaan bisa turun karena beberapa hal yaitu :
1. Rusak / Ketinggalan Zaman
Persediaan bahan baku atau barang dagangan yang datang dari suplier belum tentu langsung digunakan atau dijual habis. Bahan / barang belum terpakai / terjual tersebut disimpan dalam gudang. Selama masa menunggu untuk digunakan atau dujual bisa saja terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, rusak misalnya atau penurunan harga jual untuk barang dagangan. Hal ini menimbulkan kerugian bagi perusahaan.
Kerugian yang diakibatkan persediaan barang dagangan diukur dengan selisih antara harga perolehan dengan taksiran nilai bersih yang bisa direalisasi. Taksiran nilai bersih yang bisa direalisasi adalah teksiran harga jual dikurangi biaya utnuk menjual barang dagangan tersebut termasuk biaya reparasi untuk menjual barang tersebut.
Contoh : Sebuah toko baju, ada beberapa baju yang kancing bajunya lepas atau ada baju yang rusak. Pada kondisi normal harga perolehan baju tersebut adalah Rp. 30.000,- tapi karena cacat, baju tersebut di jual dengan harga Rp. 20.000,- setelah diperbaiki, biaya untuk memperbaiki adalah Rp. 5.000,- Nilai bersih yang bisa direalisasi adalah harga jual (20.000) dikurangi biaya perbaikan (5.000), hasilnya sama dengan Rp. 15.000,-. Dengan demikian perusahaan akan menderita kerugian sebesar Rp. 15.000,- (30.000 – 15.000). jurnal untuk mencatat kerugian ini adalah
Kerugian Penurunan nilai Persediaan 15.000
Persediaan 15.000
2. Penurunan Harga
Penurunan harga bisa terjadi karena stock di pasaran melimpah, daya beli masyarakat turun dan karena adanya model baru yang lebih canggih. Contoh konkrit penurunan harga adalah pada produk elektronik dan alat komunikasi handphone. Jika ada model baru maka model lama ditinggalkan / tidak lagi diminati, hal ini menimbulkan penurunan harga.
Contoh : Harga perolehan televisi pada kondisi normal adalah Rp. 400.000,- tapin karena ada produk baru yang lebih canggih maka produk lama tersebut kurang diminati, hal ini menyebabkan penurunan harga perolehannya menjadi Rp. 350.000,- agar produk tersebut tetap laku di jual. Penurunan harga perolehan ini menyebabkan kerugian sebesar Rp. 50.000 per satu televisi.
Jurnal untuk mencatat kerugian pada akhir bulan / tahun adalah
Kerugian penurunan nilai persediaan 50.000
Persediaan 50.000
3. Hilang / Rusak Parah
Apabila ada satu atau beberapa produk yang rusak parah dan tidak bisa diperbaiki lagi, atau ada produk yang hilang maka jurnal untuk mencatat hilang atau produk rusak adalah :
Kerugian penurunan nilai persediaan 50.000
Persediaan 50.000
Produk yang hilang atau rusak tersebut dicatat sebesar harga perolehannya.
1. Rusak / Ketinggalan Zaman
Persediaan bahan baku atau barang dagangan yang datang dari suplier belum tentu langsung digunakan atau dijual habis. Bahan / barang belum terpakai / terjual tersebut disimpan dalam gudang. Selama masa menunggu untuk digunakan atau dujual bisa saja terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, rusak misalnya atau penurunan harga jual untuk barang dagangan. Hal ini menimbulkan kerugian bagi perusahaan.
Kerugian yang diakibatkan persediaan barang dagangan diukur dengan selisih antara harga perolehan dengan taksiran nilai bersih yang bisa direalisasi. Taksiran nilai bersih yang bisa direalisasi adalah teksiran harga jual dikurangi biaya utnuk menjual barang dagangan tersebut termasuk biaya reparasi untuk menjual barang tersebut.
Contoh : Sebuah toko baju, ada beberapa baju yang kancing bajunya lepas atau ada baju yang rusak. Pada kondisi normal harga perolehan baju tersebut adalah Rp. 30.000,- tapi karena cacat, baju tersebut di jual dengan harga Rp. 20.000,- setelah diperbaiki, biaya untuk memperbaiki adalah Rp. 5.000,- Nilai bersih yang bisa direalisasi adalah harga jual (20.000) dikurangi biaya perbaikan (5.000), hasilnya sama dengan Rp. 15.000,-. Dengan demikian perusahaan akan menderita kerugian sebesar Rp. 15.000,- (30.000 – 15.000). jurnal untuk mencatat kerugian ini adalah
Kerugian Penurunan nilai Persediaan 15.000
Persediaan 15.000
2. Penurunan Harga
Penurunan harga bisa terjadi karena stock di pasaran melimpah, daya beli masyarakat turun dan karena adanya model baru yang lebih canggih. Contoh konkrit penurunan harga adalah pada produk elektronik dan alat komunikasi handphone. Jika ada model baru maka model lama ditinggalkan / tidak lagi diminati, hal ini menimbulkan penurunan harga.
Contoh : Harga perolehan televisi pada kondisi normal adalah Rp. 400.000,- tapin karena ada produk baru yang lebih canggih maka produk lama tersebut kurang diminati, hal ini menyebabkan penurunan harga perolehannya menjadi Rp. 350.000,- agar produk tersebut tetap laku di jual. Penurunan harga perolehan ini menyebabkan kerugian sebesar Rp. 50.000 per satu televisi.
Jurnal untuk mencatat kerugian pada akhir bulan / tahun adalah
Kerugian penurunan nilai persediaan 50.000
Persediaan 50.000
3. Hilang / Rusak Parah
Apabila ada satu atau beberapa produk yang rusak parah dan tidak bisa diperbaiki lagi, atau ada produk yang hilang maka jurnal untuk mencatat hilang atau produk rusak adalah :
Kerugian penurunan nilai persediaan 50.000
Persediaan 50.000
Produk yang hilang atau rusak tersebut dicatat sebesar harga perolehannya.