Friday, January 20, 2012

Perkembangan Software Akuntansi

Perkembangan software akuntansi sebenarnya tidak lambat-lambat amat, tetapi perkembangannya tidak secepat perkembangan teknologi gadget, semisal handphone atau pun laptop. Kalau di handphone sekarang lagi trennya blackberry, iphone, dan komputer tablet. Sedangkan untuk komputer jingjing semisal notebook, sekarang lagi ngetren Ultrabook. dan Produsen yang pertama kali mengeluarkan Ultrabook adalah Acer, produsen gadget berasal dari taiwan ini mengeluarkan Acer Aspire S3, atau biasa disebut Ultrabook Notebook Tipis Harga Murah Terbaik.

Sekarang bagaimana perkembangan software akuntansi? misalnya MYOB, serinya sudah keberapa? SAP, dll. Mungkin teknologinya sudah berkembang tetapi eksposnya kurang. Kemungkinan karena bukan produk kosumsi masyarakat luas jadi perkembangannya kurang terekspos.

Tapi kita juga patut berbangga, putra-putri negeri ini sudah mampu menghasilkan software akuntansi sendiri. Tidak lagi tergantung dengan software buatan luar negeri. Kalau dihitung, mungkin sudah tidak terhitung banyaknya karena memang sudah banyak software buatan anak negeri. Kadang, setiap perusahaan membuat software akuntansinya sendiri. Bisa dibayangkan jika setiap perusahaan membuat software akuntansinya sendiri, ada banyak software buatan anak negeri ini.

Jadi, kita sebagai pengguna software akuntansi tidak perlu pusing memikirkan bagaimana membuat laporan keuangan karena sudah ada software yang mampu membuat laporan keuangan.

Tapi yang masih menjadi ganjalan adalah harga software akuntansi yang sangat mahal. Acer Aspire S3 atau Ultrabook Notebook Tipis Harga Murah Terbaik saja harganya sudah murah, sekitar 4 jutaan. Coba bandingkan dengan software akuntansi, harganya bisa mencapai 5 jutaan.


Thursday, January 05, 2012

Stock Opname

Stock opname adalah istilah lain dari penghitungan fisik persediaan. Tujuan diadakannya stock opname adalah untuk mengetahui kebenaran catatan dalam pembukuan, yang mana merupakan salah satu fungsi sistem pengendalian intern (SPI). Dengan diadakannya stock opname maka akan diketahui apakah catatan dalam pembukuan stock persediaan benar atau tidak. Jika ternyata ada selisih antara stock opname dengan catatan pada pembukuan, kemungkinan ada transaksi yang belum tercatat, atau bahkan ada kecurangan yang berkaitan dengan persediaan.

Stock opname biasanya diadakan setiap akhir tahun, tetapi kalau perusahaan dengan SPI yang lebih rapi, stock opname biasanya dilakukan tiap triwulan atau caturwulan. Stock opname bukan hanya untuk persediaan perusahaan. Stock opname juga semestinya dilakukan untuk kas, aktiva, piutang, hutang. Tetapi, perusahaan biasanya hanya melakukan stock opname untuk persediaan barang dan kas. Untuk perusahaan manufaktur, stock opname persediaan barang dilakukan untuk persediaan bahan baku, bahan penolong, barang setengah jadi, dan barang jadi.

Untuk pengendalian Intern, stock opname dilakukan oleh petugas yang bukan merupakan petugas pencatat persediaan, dalam perusahaan biasanya ada petugas audit tersendiri.

Jika setelah dilakukan stock opname terjadi selisih maka perlakuan selisih ini biasanya sesuai kebijakan perusahaan. Jika selisih kurang, kekurangannya ini dibebankan perusahaan maka bagian pembukuan membuat jurnal penyesuaian. Tapi jika kebijakan perusahaan mengharuskan petugas persediaan yang harus mengganti kekurangan persediaan maka tidak perlu ada jurnal penyesuaian, kecuali harga untuk penggantian tidak sama dengan harga pokok persediaan.
Jurnal jika selisih kurang dibebankan perusahaan :
>>> Biaya Lain2  Rp XXX
>>>>>> Persediaan  Rp XXX

Jika ternyata terjadi selisih lebih pada persediaan barang atau kas maka yang harus dilakukan adalah mengecek kembali catatan bila kemungkinan ada transaksi yang belum dicatat. Untuk selisih kurang pun juga harus dilakukan hal yang sama. Jika ternyata setelah di cek ulang tidak ada transaksi yang terlewatkan maka atas selisih lebih dilakukan jurnal penyesuaian. Jurnalnya yaitu :
>>> Persediaan  Rp XXX
>>>>>> Penghasilan lain2  Rp XXX

Tuesday, October 25, 2011

Kontrak Selesai dan Persentase Penyelesaian

Judul di atas merupakan istilah dalam pekerjaan konstruksi. Pekerjaan
konstruksi sendiri ada dua jenis, yaitu jasa konstruksi dan usaha
konstruksi.
Dalam pelaksanaannya, pekerjaan konstruksi tidak selalu dapat
dilaksanakan dengan cepat atau selesai lebih dari satu tahun buku.
Untuk mencatat transaksi keuangan dari pekerjaan konstruksi maka
dipakailah metode kontrak selesai dan metode prosentase penyelesaian.

Metode kontrak selesai intinya adalah metode yang mengakui pendapatan
setelah proyek selesai dikerjakan. Jadi, ketika kontraktor menerima
pembayaraan selama proyek masih dikerjakan, maka penerimaan pembayaran
tersebut tidak dicatat sebagai pendapatan, tetapi sebagai uang muka
proyek. Setelah proyek selesai, barulah uang muka proyek tersebut di
jurnal sebagai pendapatan. Pada akhir proyek juga dihitung laba/ rugi
pekerjaan proyek tersebut.

Jurnal-jurnal Metode Kontrak Selesai :
- Pencatatan biaya pengerjaan proyek
  >> Proyek dalam pekerjaan Rp 1.500.000.000
  >>>>>> Kas/ Utang Rp 1.500.000.000
- Penerimaan cicilan pembayaran proyek
  >> Kas/ Bank Rp 500.000.000
  >>>>>> Uang Muka Proyek Rp 500.000.000
- Pencatatan pendapatan proyek
  >> Uang muka Proyek Rp 3.000.000.000
  >>>>>> Pendapatan Rp 3.000.000.000
- Pencatatan Laba/ Rugi
  >> Proyek Dalam Pekerjaan Rp 500.000.000
  >>>>>> Laba Proyek Rp 500.000.000*

*) Misal proyek dengan kontrak Rp 3.000.000.000,- dan biaya yang
dikeluarkan kontraktor Rp 2.500.000.000
(3 miliar - 2,5 miliar = 500 juta)


Metode Prosentase Penyelesaian pada intinya adalah pengakuan
pendapatan dan biaya dalam satu tahun buku yang telah di dapat untuk
pendapatan dan yang telah terjadi untuk biaya, dimana proyek masih
berlangsung.
Kalau mencatat biaya yang telah terjadi gampang, dengan melihat
kuitansi-kuitansi. Lalu bagaimana mencatat pendapatan untuk proyek
yang masih berlangsung? dengan PERKIRAAN. Jadi dihitung, kira-kira
berapa prosentase pekerjaan telah selesai. Misal proyek dengan kontrak
3 miliar, pada tahun pertama telah selesai sebesar 30%, maka
pendapatan untuk tahun pertama adalah Rp 900 juta (3 miliar X 30%).
Cara menghitung prosentase penyeselaian kontrak yaitu :
Total biaya sampai akhir kontrak dibagi (:) Total taksiran biaya sampai akhir periode

Jurnal-jurnal pencatatan untuk metode prosentase penyelesaian hampir
sama dengan metode kontrak selesai. Bedanya hanya terletak pada laba
dan pendapatan. Untuk metode prosentase penyelesaian, laba dan
pendapatan dicatat tiap akhir tahun buku, sedangkan metode kontrak
selesai, laba dan pendapatan diakui setelah proyek selesai.

Jurnal-Jurnal Pencatatan Metode Prosentase Penyelesaian
- Pencatatan Biaya-biaya proyek :
  >> Proyek Dalam Pekerjaan Rp 500.000.000
  >>>>>> Kas/ Utang Rp 500.000.000

- Pencatatan Pembayaran Cicilan :
  >> Kas/ Bank Rp 500.000.000
  >>>>>> Uang Muka Proyek Rp 500.000.000

- Pencatatan Laba/ Rugi pada akhir tahun buku :
  >> Proyek Dalam Pekerjaan Rp 100.000.000
  >>>>>> Laba Tahun Berjalan Rp 100.000.000*

*) Laba kotor = Kontrak - (biaya tahun pertama + Taksiran by. proyek)
= Rp 3.000.000.000 - (Rp 500.000.000 + Rp 2.000.000.000)
= Rp 500.000.000


Laba Tahun Berjalan = (Rp 500.000.000 : Rp 2.500.000.000)x Rp 500.000.000
= Rp 100.000.000

Dalam perpajakan, metode yang boleh digunakan adalah metode prosentase penyelesaian.

Note:
tulisan saya di atas penekanannya adalah JURNAL. jadi, angka-angka yang ada di jurnal tidak ada hubungannya dengan  perhitungan perkiraan pendapatan.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Macys Printable Coupons